Jumat, 16 Desember 2011

Trik Cara Membuat Recentpost Berjalan

  1. Login dulu ke Akun Blogspot anda

·         2. Lalu pada halaman Dasbord Pilih dan Klik Rancangan


·         3. Setelah terbuka Laman rancangan Klik Tambah Gadget

 
 ·         4. Lalu pilih Widget HTML/JavaScript


·         5. Copy script berikut :
 
  <script type='text/javascript'>
//<![CDATA[
function RecentPostsScrollerv2(json)
{
var sHeadLines;
var sPostURL;
var objPost;
var sMoqueeHTMLStart;
var sMoqueeHTMLEnd;
var sPoweredBy;
var sHeadlineTerminator;
var sPostLinkLocation;
try
{
sMoqueeHTMLStart = "<MARQUEE onmouseover="this.stop();" onmouseout="this.start();" ";
if( nWidth)
{
sMoqueeHTMLStart = sMoqueeHTMLStart + " width = "" + nWidth + "%"";
}
else
{
sMoqueeHTMLStart = sMoqueeHTMLStart + " width = "100%"";
}

if( nScrollDelay)
{
sMoqueeHTMLStart = sMoqueeHTMLStart + " scrolldelay = "" + nScrollDelay + """;
}
if(sDirection)
{
sMoqueeHTMLStart = sMoqueeHTMLStart + " direction = "" + sDirection + """;
if(sDirection == "left" || sDirection =="right")
{
//For left and right directions seperate the headilnes by two spaces.
sHeadlineTerminator = "&nbsp;&nbsp;";
}
else
{
//For down and up directions seperate headlines by new line
sHeadlineTerminator = "<br/>";
}
}
if(sOpenLinkLocation =="N")
{
sPostLinkLocation = " target= "_blank" ";
}
else
{
sPostLinkLocation = " ";
}
sMoqueeHTMLEnd = "</MARQUEE>"
sHeadLines = "";
for(var nFeedCounter = 0; nFeedCounter < nMaxPosts; nFeedCounter++)
{
objPost = json.feed.entry[nFeedCounter];
for (var nCounter = 0; nCounter < objPost.link.length; nCounter++)
{
if (objPost.link[nCounter].rel == 'alternate')
{
sPostURL = objPost.link[nCounter].href;
break;
}
}

sHeadLines = sHeadLines + "<b>"+sBulletChar+"</b> <a " + sPostLinkLocation + " href="" + sPostURL + "">" + objPost.title.$t + "</a>" + sHeadlineTerminator;
}
document.write(sMoqueeHTMLStart + sHeadLines + sMoqueeHTMLEnd )
}
catch(exception)
{
alert(exception);
}
}
//]]>
</script>

<script style="text/javascript"> var nMaxPosts = 10; var sBgColor; var nWidth; var nScrollDelay = 180; var sDirection="left"; var sOpenLinkLocation="Y"; var sBulletChar="รข&#65533;¢"; </script> <script style="text/javascript" src="http://BLOGKAMU.com/feeds/posts/default?alt=json-in-script&callback=RecentPostsScrollerv2"></script>

·         6. Terakhir klik SAVE
Ca 
Catatan :
nMaxPosts = 10                   : merupakan banyaknya post yang akan ditampilkan.
nScrollDelay = 180              : merupakan kecepatan marquee semakain kecil semakin lambat.
;http://BLOGKAMU.com    : ganti dengan alamat blog mu.

Cara Membuat Daftar isi pada blog

Berikut ini langkah-langkahnya :
1. Masuk ke account blogger anda
2. Pilih tata letak/layout
3. Pilih tambah gadget
4. Pilih HTML/javascript.
5. Beri Judul Dafar isi atau judul sesuai dengan keinginan sobat
5. Kopas kode di bawah ini

Cara Memasang Widget Alexa di Blog

1.Login Terlebih Dulu K 2.Kemudian Klik Menu Site Tool - alexa widget atau biar cepat Klik aja di SINI
3.Masukkan Alamat Blog Sobat Pada Kolom yang Tersedia Misal : http://m-wali.blogspot.com/
dan Klik Build Widget
4.Nah Copykan Kode HTML yang Tertera di Sana
5.mau di Jelaskan Juga cara pasang Ke Blog? yup  masuk dasbor-Rancangan-Edit HTML-dan tambah/Add Widget.

Jumat, 09 Desember 2011

Jejaring Sosial Islam Segera Diluncurkan

JAKARTA – Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah menjalin kerja sama dengan Salam Word, sebuah jejaring sosial Islam internasional, yang akan diluncurkan pada pertengahan tahun mendatang.

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat mengatakan, Indonesia menjadi pasar potensial bagi para layanan provider atau jejaring sosial yang menawarkan berbagai konten, baik pornografi, hiburan,maupun ekonomi.Namun, dia mengeluhkan minimnya jejaring sosial yang memuat tentang pengembangan keilmuan.“Perkembangan jejaring sosial patut diapresiasi, tapi juga perlu dikritisi agar konten pornografi tidak dikonsumsi anak-anak,” ungkap Komaruddin seusai menandatangani MoU dengan Salam Word di Jakarta kemarin.

Dengan demikian, Salam Word diharapkan dapat memberikan media komunikasi antardunia Islam untuk berbagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sebab sebagian besar informasi tentang dunia Islam sudah disaring oleh dunia Barat. Informasi tersebut bahkan kadang tidak disampaikan secara objektif.

“Hadirnya Salam Word diharapkan nantinya informasi antardunia Islam bisa diterima secara langsung tanpa harus disaring lewat dunia Barat. Dengan demikian, akan ada satu kohesi gagasan yang lebih progresif,”ujarnya. Komaruddin menjelaskan, selain dapat dijadikan sebagai media tukar-menukar kebudayaan dan keilmuan,kerja sama dengan Salam Word juga dapat dijadikan sebagai media untuk kerja sama ekonomi dan politik.

Sementara itu,Kepala Eksekutif Salam World Abdul Vakhed Niyazov mengatakan, Salam Word muncul di tengahtengah kegalauan orang tua dan keluarga atas perkembangan jejaring sosial yang terlalu longgar atau permisif. Pornografi dan kekerasan bahkan sering dianggap masalah biasa.

Padahal, itu sangat mengganggu keluarga di dunia mana pun. “Untuk itu, kami tampil dengan sebuah konsep yang menyelamatkan seluruh anggota keluarga,”ujarnya. Saat ini Salam Word bermarkasdiIstambul, Turki.Dipilihnya Turki sebagai lokasi pendirian kantor pusat karena Turki dianggap sebagai tempat yang menjembatani masyarakat dunia Barat dan Timur.

Selain di Turki, Salam Word juga akan mendirikan kantor cabang di beberapa kota besar di dunia seperti London, Berlin,Moskow,New York, Kairo, Astana, Kuala Lumpur, New Delhi,dan Washington. andi setiawan

Akar-Akar Perbedaan Budaya di Indonesia

KabarIndonesia - Sanusi Pane  dan Sutan Takdir Alisyahbana pernah bertengkar pada fase revolusi fisik dan intelektual dalam usaha membangun bangsa Indonesia yang bebas dan beradab. Sutan Takdir Alisyahbana meminta bangsa Indonesia membuka diri terhadap  kebudayaan barat yang bersumber pada pencerahan dan bertumpu pada keunggulan akal dan budi yang bebas. Tetapi Sanusi Pane menggugatnya, karena baginya kebudayaan barat cenderung memaksakan logika kemajuan tanpa mengindahkan logika kemajuan budaya-budaya lokal Indonesia yang tak bisa diukur berdasarkan logika kemajuan barat.

Sanusi Pane tidak melihat kebudayaan sebagai keseharian, tetapi sebagai puncak  cipta rasa karsa manusia. Sedangkan mereka yang memiliki waktu luang untuk bercipta rasa karsa bukan rakyat jelata, melainkan golongan aristokrat. Anggapan lainnya, pengkotakkan antara kebudayaan tinggi dan kebudayaan rendah. Kebudayaan tinggi adalah hasil-hasil terbaik dari olah pikir dan rasa manusia. Kebudayaan pun menjadi fungsi waktu. Kebudayaan tinggi adalah kebudayaan mereka yang memiliki waktu luang, sedangkan kebudayaan rendah adalah  milik mereka yang dikekang oleh rutinitas hidup. Ia selau mengasosiasikan kebudayaan adi luhung dengan kebudayaan Sriwijaya, Majapahit, kerajaan-kerajaan Islam Nusantara, dan lain-lain, di masa lalu. Dengan anggapan samar bahwa rakyat tak punya kebudayaan. Kalaupun punya, "kebudayaan" terlalu agung untuk rakyat.

Kita dilahirkan di Indonesia, di daerah tertentu di mana terdapat sekitar 250 bahasa ibu tertentu yang membentuk kita sebagai manusia yang menganut dan menghargai nilai-nilai bersama. Kita tumbuh menjadi manusia berbudaya dengan adaptasi kita terhadap nilai-nilai masyarakat sekitar, melalui orang tua dan keluarga. Para pakar antropologi Indonesia sering hanya menyebut adanya pembagian 19 wilayah budaya besar. Dari 19 wilayah budaya besar ini dapat dikategorikan empat jenis budaya, yaitu budaya kaum peramu atau pengumpul, budaya kaum peladang,  budaya kaum pesawah, dan budaya maritim (Sumardjo : 2003). Yang tertua adalah budaya kaum peramu atau pengumpul makanan.


Budaya Kaum Peramu/Pengumpul Makanan
Kaum peramu dahulu tersebar di wilayah Indonesia bagian timur. Mereka hidup dari kemurahan alam yang kaya, pada dasarnya bersifat konsumtif. Mereka mengambil dan mengumpulkan hasil alam tanpa usaha mempengaruhinya. Setiap individu harus punya ketrampilan mandiri. Kesadaran keberadaan diri sangat tinggi. Semua orang sama. Pola pikir kaum peramu muncul dalam pengaturan kampung, upacara, pengaturan rumah, hubungan suami istri, mitologi, karya-karya seni, dan segala budaya manusia peramu merupakan syarat untuk memahami makna dari seluruh artefak dan tingkah laku budayanya.


Budaya Kaum Peladang
Inilah dasar budaya sebagian besar masyarakar Indonesia, tersebar di Indonesia bagian barat, tengah, dan Nusa Tenggara Barat. Mereka hidup dari bertani, menanam sejenis padi kering, berladang. Teknologi perladangan masih menggantungkan diri pada kemurahan alam. Meskipun manusia ladang sudah produktif, tetapi juga masih kosumtif(paradoksial). Mereka memilih tinggal di lingkungan hutan tropis daerah pegunungan karena di daerah seperti itu banyak curah hujan, yang merupakan syarat dasar sistem perladangan.

Prinsip kaum peladang "hidup itu adalah menumbuhkan" atau "hidup itu menghasilkan hidup baru." Pola pikir kaum peladang dan kaum petani umumnya adalah bahwa kehidupan ini merupakan harmoni atau perkawinan dari segala pasangan oposisi. Di Indonesia bagian barat pola pikir "perkawinan" segala hal dualistik itu adalah umum. Pola pembagian tiga budaya peladang ini berasal  dari faham dualisme purba. Pasangan oposisi dualistik itu tak bermakna kalau terpisah. Segala sesuatu yang ada baru bermakna kalau terjadi harmoni integrative antara dua pasangan yang bertentangan. Hasil harmoni atau "perkawinan"  itu adalah lahirnya entitas baru, yaitu entitas ketiga yang bermakna, transenden semua yang "hidup", "selamat", "subur", "kuat", "damai", "suci", adalah entitas "dunia tengah". Seluruh gagasan, tingkah laku, dan hasil budaya kaum peladang berfokus pada "dunia tengah ini". Kreatifitas budaya kaum peladang tercurah dalam menghadirkan "dunia tengah" atau perkawinan dua entitas yang saling bersebrangan. Pandangan kosmologi, sistem perkampungan, sistem hunian kolektif, sistem hunian individual, benda-benda budaya, upacara, karya-karya seni, dapat dijelaskan dari pandangan dasar "pembagian tiga" ini.Akibat dari cara berpikir tentang kosmos membentuk kaum peladang umumnya sebagai mentalitas ganda, konsumtif-produktif, independen-dependen, individual-kolektif, malas-rajin, dan lain-lain. Memberi dan menerima juga harus seimbang, bersifat resiprokal.      Hubungan darah sangat penting dalam mentalitas kaum peladang, sehingga kategori "dalam", "luar", dan "batas-batas" sangat penting. Diutamakan kepentingan "dalam" terbatas, baru kepentingan "dalam" yang lebih luas. Dampaknya, varian budaya kaum peladang juga kaya, meskipun tidak sekaya kaum peramu. Sehingga mentalitas keluarga pun menonjol. Bahkan dalam beberapa budaya ladang di Indonesia, nama keluarga sangat penting, kedudukan ibu sangat penting, setidaknya dihormati.


Budaya Kaum Pesawah
Mereka hidup dari bertani padi basah di dataran-dataran rendah yang banyak dialiri sungai-sungai. Berbeda dengan petani ladang, petani sawah justru mengubah dan membudayakan alam. Alam dikendalikan demi budaya sawah mereka.

Persawahan tidak dapat dilakukan oleh perorangan dan dalam kelompok kecil. Produksi padi semakin besar kalau jumlah tenaga manusia semakin banyak dan lahan persawahan semakin luas. Masyarakat sawah adalah masyarakat dengan format besar. Tempat hunian dan persawahan bersifat menetap sehingga konsentrasi jumlah manusia semakin besar di suatu wilayah. Lokalitas tanah dan jumlah penduduk menjadi kategori penting masyarakat sawah. Jumlah yang serba besar itu membutuhkan pengaturan sentral dan kuat. Prisip menyatukan segala hal dalam kendali satu pusat merupakan kebutuhan. Sentralisme kekuasaan bukan hal asing. Pemimpin kharismatik sangat diperlukan. Akibatnya, pengaturan sosial dalam stratifikasi diperlukan. Feodalisme bukan hal asing. Prinsip hidup kaum pesawah adalah menyatukan segala hal yang dualistik dalam satu pusat harmoni. Yang satu itu banyak dan yang banyak itu satu. Semakin banyak hal diharmonikan di pusat atau dunia  tengah, semakin tinggi tingkat transendensi "pusat" itu. Kaum pesawah mengenal pembagian tiga ganda. Karena pusat atau dunia tengahnya hanya satu, maka terdapat "pembagian lima". Dampak lebih jauh dari sikap ini adalah tumbuhnya agresivitas kaum petani sawah. Ambisi produksi besar menuntut pembesaran wilayah dan pembesaran jumlah tenaga manusia.Budaya ini menumbuhkan mental kolektivitas, solidaritas, lokalitas, produktivitas, dan organisasi kerja besar. Berbeda dengan masyarakat ladang yang tertutup dalam konsep sosial " dalam" dan "luar", maka masyarakat sawah lebih terbuka dalam menghadapi "luar", yang "luar" itu akan diterima sebagai "dalam" kalau berfungsi secara integral dalam kesatuan organisasi besar mereka.


Budaya Kaum Maritim
    

Masyarakat budaya kaum maritim menghuni daerah pesisir dengan ketrampilan kelautan yang tinggi. Laut memang "memisahkan" tetapi juga sekaligus "menyatukan". Kaum maritim menghubungkan budaya-budaya yang terpisah-pisah di Indonesia itu dalam jaringan komunikasi yang mereka kuasai. Ini mendidik kaum maritim menjadi masyarakat bermental pragmatis. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Mentalitas mereka tidak membedakan kategori "dalam" dan "luar". Semua yang "luar" dan "asing" itu dapat diterima sebagai "dalam" kalau menguntungkan.

Mobilitas masyarakat ini tinggi. Jarak dan geografi bukan masalah bagi mereka. Pantun-pantun mereka dipenuhi dengan nama-nama tempat. Teknologi dan keahlian teknis sangat dipentingkan sebagai salah satu fokus budaya. Manusia itu berharga karena tingkat teknologi yang tinggi. Persaingan dan permusuhan seperti menjadi prinsip kaum peramu juga dijadikan prinsip kaum maritim. Dalam budaya kaum maritim hidup itu persaingan dan perebutan sehingga kecerdikan dijunjung tinggi meskipun tak jarang menjadi kelicikan. Berkaitan dengan hal ini, rasa harga diri mereka sangat tinggi. Arogansi mereka tampak berbalikan dengan sikap kaum petani ladang dan peramu yang cenderung rendah hati. Akibat persaingan yang kuat, kekuasaan maritim selalu cenderung agresif seperti orang sawah. Ambisi mereka untuk mencapai sesuatu juga besar, bukan dalam tenaga manusia dan luas tanahnya yang dimiliki, tetapi pada penguasaan teknologi dan jaringan komunikasi dagangnya. Tak heran jika sejarah kepulauan Indonesia penuh dengan pertikaian kekuasaan orang sawah dengan kekuasaan orang kelautan.Meskipun faham dualisme tetap dipakai, namun sangat fleksibel dalam mengadopsi "pembagian dua", "pembagian tiga", dan "pembagian empat-lima". Umumnya kaum maritim tumbuh dari budaya lading dan sawah. Sikap independensi kaum kelautan ini juga tinggi seperti kaum peramu.


Pentingnya Memahami Keanekaragaman Budaya Di Indonesia    

Kesalahfahaman budaya sering terjadi di Indonesia masa sekarang karena banyak pemimpin Indonesia menggunakan ukuran budaya asalnya sendiri dalam menghadapi masalah-masalah di wilayah budaya lain. Kekuasaan pada seorang pemimpin kharismatik yang terpusat mungkin dapa diterima umum dalam masyarakat tertentu karena budayanya menunjukkan demikian, tetapi bagaimana di masyarakat lain yang budayanya biasa memilih pemimpin berkualitas tanpa mempedulikan keturunan pemimpin berkharisma?

Oleh karena itu sangat penting memahami keanekaragaman budaya Indonesia yang tidak memiliki sejarah linear. Hulu sejarah kita plural, dan tetap plural sampai hari ini dalam struktur mentalitas masyarakat pendukungnya.

Keberagaman budaya hanya kita lihat dari kesenian yang terbawa dari masa lalu ke masa kini. Keberagaman itu terpendam dalam sikap budaya berupa mentalitas dan ungkapan kolektif ketika mereka menghadapi persoalan masa kini, yang sering tidak disadari berbagai pihak. Apakah makna pemimpin itu sama bagi masyarakat Sunda, Melayu, Jawa? Apakah hak milik itu sama bagi masyarakat Dayak, Papua, dan Bali? Apa arti kekuasaan bagi masyarakat Ambon, Sulawesi, dan Nusa Tenggara? Sikap hidup dan mentalitas kolektif itu dibentuk oleh budayanya, kita hanya dapat mengetahui keberadaannya yang beragam lewat apa yang telah dihasilkannya berupa artefak-artefak budaya masyarakat sepanjang sejarahnya. Sejarah budaya kita membuktikan bahwa candi-candi Hindu-Budha yang dibangun di kerajaan-kerajaan Jawa yang sawah berbeda dengan candi-candi yang sama di Melayu yang kelautan dan perladangan. Mitologi Maluku Utara, Minangkabau, Lombok dan daerah lain dalam menanggapi masuknya agama dan budaya Islam pun berbeda.Dengan "Bhineka Tunggal Ika", apakah menyatunya berbagai budaya asal dalam wujud baru budaya Indonesia itu hanya merupakan keinginan sekelompok orang atau kebutuhan  bersama? Indonesia yang satu itu dibutuhkan oleh 19 wilayah budaya besar atau lebih dari 250 budaya yang lebih rinci.

Lalu apakah nasional itu? Nasional tentunya yang ika itu. Tetapi keikaan mana yang akan dipakai? Nasional kaum pesawah akan berbeda dengan nasional kaum maritim, kaum peramu, dan kaum peladang. Nasional persawahan akan mendatangkan masalah bagi nasional peramu, peladang, dan maritim. Kenasionalan kita seharusnya transenden, yang tidak dikandung oleh masing-masing jenis budaya tersebut. Faham-faham global transenden bagi budaya-budaya Indonesia. Kapitalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, semua itu produk budaya "yang tak dikenal" dalam budaya-budaya di Indonesia. Masalahnya kapitalisme di budaya ladang berbeda dengan kapitalisme di budaya sawah, dan lain-lain. Kita tak dapat memilih  di lingkungan budaya mana kita minta dilahirkan.  Masing-masing kita terlahir dan tumbuh di lingkungan budaya dari primordial peramu, ladang, sawah, dan maritim. Dalam proses menjadi budaya yang ika, nasional di tengah-tengah penerimaan budaya global, kita tidak dapat menjadikan salah satu dari empat jenis budaya primordial sebagai tolok ukur dan panduan utama. Kalau kita menjadikan satu budaya untuk tolok ukur, diam-diam akan tumbuh sikap kontra budaya terhadap budaya dominan.Sekarang kita tentu sangat mengharapkan bahwa kebudayaan yang tadinya sesak mulai melonggarkan dirinya. Segala sesuatu direnungkan dan dipertimbangkan, termasuk keyakinan-keyakinan yang telah mengeras secara sosial. Intoleransi digeser oleh toleransi. Saling curiga diganti dengan saling percaya. Keraguan dibalik m

Pekerjaan TKI Dipertemukan Budaya Unggul Dunia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pekerjaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri juga dipertemukan dengan keragaman budaya unggul yang dimiliki bangsa-bangsa di dunia. Dengan demikian para TKI khususnya yang bekerja di sektor formal sebagai tenaga kerja terampil, semi terampil, dan profesional dapat bersentuhan sekaligus mengadopsi nilai-nilai keunggulan tersebut, guna dikombinasikan dengan kultur di tanah air untuk kemajuan bangsa.

Demikian disampaikan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat di Jakarta, Jumat (9/12/2011), saat membuka kegiatan Job Fair (pameran bursa kerja) untuk calon tenaga kerja luar negeri yang diselenggarakan BNP2TKI di Jakarta, 9-10 Desember 2011.

Pelaksanaan Job Fair diikuti lebih 20 perusahaan pengerah jasa TKI atau Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) serta perusahaan asuransi TKI, selain bekerjasama Dinas Tenaga Kerja Provinsi DKI Jakarta, Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Serang, Banten, dan BP3TKI Jakarta, termasuk melibatkan berbagai Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di wilayah Jakarta.

Job Fair tersebut menyediakan 4.000 peluang kerja untuk TKI di sektor formal, antara lain di perusahaan manufaktur, konstruksi, spa theraphy, perawat rumahsakit dan pengasuh orangtua lanjut, perhotelan, perminyakan (oil and gas), pengelasan, pertanian, perikanan, fisherman (kapal penangkap ikan), driver, tenaga engineering, information and technology, serta sejumlah pekerjaan untuk pelayanan hospitality (keramahtamahan) lainnya.

Sedangkan berbagai peluang kerja itu meliputi negara tujuan yaitu Brunei Darussalam, Taiwan, Malaysia, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Qatar. Dikatakan Jumhur, negara China memiliki tenaga kerja yang amat tersebar di seantero dunia hingga kemudian mempelajari pusat-pusat kebudayaan maju dari berbagai negara, untuk diadopsi dalam membangun kemegahan negaranya.

“Namun demikian, nilai-nilai budaya agung di masyarakat China tidak luntur, tetapi kemajuannya justru dapat dicapai melalui sumbangsih sebagian tenaga kerjanya dari luar negeri yang kembali ke negara asalnya,” jelas Jumhur.

Bahkan, katanya, perkembangan kemajuan bangsa China saat ini ikut mempengaruhi peradaban internasional utamanya melalui kegiatan perdagangan, di samping budaya China sendiri berkembang di tengah-tengah pusat kebudayaan dunia tanpa menghilangkan keasliannya. “Masyarakat China telah menjadi warganegara dunia namun tetap bertahan sebagai bangsa China,” tegasnya.

Jumhur mengatakan, para TKI yang bekerja di sektor formal pada berbagai perusahaan di luar negeri jelas mendapatkan pengalaman maupun pengetahuan yang baik terhadap kemajuan berikut adanya budaya luhur, agung, dan besar di dunia, sehingga merupakan bekal untuk kesuksesan dirinya selain dapat disumbangkan bagi masyarakat dan bangsa saat kembali ke tanah air.

Ia juga mengharapkan, komunitas TKI yang berada di negara lain kerap memperteguh semangat, akar budaya tanah air, serta nilai-nilai kebangsaan yang telah terpupuk lama, agar semakin dihargai oleh masyarakat dunia.

“Di samping itu, para TKI harus tetap bekerja keras dan menghasilkan perpaduan semangat dari kemajuan bangsa lain untuk kepentingan pengabdian di Indonesia,” ujarnya.

Jumhur menambahkan, para calon TKI terlatih, semi terlatih, ataupun profesional yang berharap dapat pekerjaan di luar negeri tidak perlu ragu karena ketersediaan peluang kerjanya cukup banyak dan beragam. “Hal ini pantas dilakukan jika merasa belum ada pengabdian atau pekerjaan di dalam negeri, serta ditekadkan untuk mengambil pelajaran dari kemajuan negara lain agar sekembalinya ke Indonesia menjadi manusia yang semakin berguna dan bermanfaat,” kata Jumhur.

Usul Kenaikan Upah Pemelihara Candi

KUDUS, KOMPAS.com--Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, akan mengusulkan kenaikan upah pemelihara benda cagar budaya di daerah ini, karena honorarium selama ini hanya Rp175.000 per bulan, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus Hadi Sucipto.
"Upah yang selama ini diterima memang kecil, karena dari Pemkab Kudus hanya sebesar Rp75.000, sedangkan dari Pemprov Jateng Rp100.000 per bulan," katanya di Kudus, Kamis.
Hanya saja, kata dia, untuk alokasi dari Pemprov Jateng tahun ini ditiadakan, karena anggaran dialihkan ke pos penanggulangan bencana.
Untuk itu, menurut dia, perlu ada usulan kenaikan dengan meyesuaikan kemampuan keuangan daerah. "Kami memang tidak bisa menjanjikan adanya kenaikan. Akan tetapi, akan diupayakan naik," ujarnya.
Sedangkan jumlah pemelihara benda cagar budaya di Kudus saat ini hanya 25 orang, dari jumlah sebelumnya mencapai 30 orang.
Sementara jumlah bangunan yang termasuk sebagai benda cagar budaya yang ada di kota ini mencapai 98 unit, sehingga masih ada 73 unit bangunan yang tidak ada juru pemeliharanya.
Tugas para juru pelihara BCB, yakni merawat benda cagar budaya agar tidak rusak maupun dicuri orang.  "Mayoritas juru pelihara merupakan warga sekitar, agar pengawasannya lebih maksimal," ujarnya.
Salah seorang juru pelihara rumah adat Kudus, Ulul Fadli berharap, honorarium juru pelihara dinaikkan, karena beban tugasnya cukup berat.
"Pada musim hujan, seperti sekarang juga harus tetap waspada jika ada kebocoran pada genting rumah untuk segera diganti agar tidak merusak kayu pada bangunan rumah yang sudah berusia lebih dari 100 tahun," ujarnya.
Anggota Komisi B DPRD Kudus Setyo Budi Wibowo menganggap, honor yang diterima para juru pelihara BCB memang tidak sebanding dengan beban kerja yang diterima, sehingga layak dinaikkan seperti halnya pekerja lepas di sejumlah SKPD yang lain.
Kenaikan honor juru pelihara, katanya, dapat disamakan dengan penjaga kantor, petugas kebersihan pasar yang dialokasikan mendapatkan upah sesuai upah minimum kabupaten (UMK).
"Hanya saja, kenaikannya tentu disesuaikan dengan kemampuan daerah. Dengan tugas juru pelihara BCB yang berperan besar dalam menjaga kelestarian BCB di Kudus, tentunya harus diupayakan agar berhasil," ujarnya.
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, terdapat 240 bangunan kuno atau rumah yang tergolong dalam kategori benda cagar budaya.
Hanya saja, sebagian di antaranya kondisinya cukup memprihatinkan karena kurang perawatan, menyusul subsidi untuk biaya perawatan bangunan dari pemerintah setempat masih minim.
Sebagian bangunan BCB yang kurang terawat, karena tidak dihuni oleh pemilik atau ahli warisnya karena tidak mampu menanggung biaya perawatannya.
Demikian halnya yang dihuni tidak mampu melakukan perawatan secara maksimal karena keterbatasan dana.
Bangunan kuno di Kudus sesuai surat keterangan (SK) Menteri sebagai BCB sebanyak 98 bangunan kuno yang tersebar di sejumlah wilayah.

Pendekatan Budaya, Solusi Konflik Papua

Pendekatan Budaya, Solusi Konflik Papua
| Jodhi Yudono | Kamis, 8 Desember 2011 | 15:11 WIB
Dibaca: 373
|
Share:
AP Ilustrasi Papua
JAYAPURA, KOMPAS.com--Pendekatan budaya dengan menanggalkan semua arogansi kultural merupakan salah satu solusi menyelesaikan konflik di Papua, kata seorang peneliti di Jayapura.
"Menanggalkan arogansi kultural berarti tidak menganggap diri dan kebudayaan sendiri sebagai yang paling baik, namun membuka diri bagi orang Papua serta kebudayaannya dan bersedia belajar dari mereka," kata Hari Suroto dari Balai Arkeologi Jayapura, Rabu.
Menurut dia,  banyak orang yang datang ke Papua bermaksud baik dan memang orang Papua dapat belajar banyak dari mereka, tetapi sebaliknya para pendatang harus belajar banyak dari orang Papua.
Karena itu, kata Hari, mereka harus menanggalkan arogansi kulturalnya. "Integrasi tidak berarti bahwa orang Papua harus menyesuaikan diri dalam segala hal dengan para pendatang, seakan-akan mereka sendiri serba kosong atau malah kurang baik," ujarnya.
Dia menjelaskan, integrasi antara dua kelompok merupakan suatu proses yang melibatkan dua kebelah pihak untuk saling menerima dan memberi.
Namun selama puluhan tahun terakhir orang Papua sudah belajar banyak dari Indonesia, tetapi sebaliknya negara ini dan banyak pendatang sepertinya enggan belajar sesuatu dari Papua.
"Tidak banyak pendatang yang sungguh berusaha mengenal tanah Papua, manusia, bahasa dan budayanya, dan biasanya seseorang tidak dapat mencintai apa yang dia tidak kenal," katanya.
Selain itu, dalam program pembangunan sering kurang diperhatikan dan dihargai kearifan lokal, seakan-akan Papua harus menjadi fotokopi dari daerah-daerah lain di Indonesia tanpa suatu warna lokal Papua.
"Menanggalkan arogansi kultural dan menerima orang lain sebagai saudara dengan sepenuh hati sangat dibutuhkan untuk mencapai integrasi yang sejati," katanya.
 
Sumber :
ANT
&lt;p&gt;Your browser does not support iframes.&lt;/p&gt;
Ada 2 Komentar Untuk Artikel Ini.
  • Kamis, 8 Desember 2011 | 16:45 WIB
    Tidak banyak pendatang yang sungguh berusaha mengenal tanah Papua, manusia, bahasa dan budayanya, dan biasanya seseorang tidak dapat mencintai apa yang dia tidak kenal,"kata Hari Suroto dari Balai Arkeologi Jayapura , kalau mereka tidak belajar dgn orang papua mana bisa mereka hidup berdampingan di papua, pendekatan apapun yg penting semua elemen di papua mendukung tanpa dukungan mrk jelas gagal..
  • Kamis, 8 Desember 2011 | 15:36 WIB
    PENDEKATAN KULTURAL GOMBAL !!! OPERASI MILITER TERARAH & TERENCANA KE TARGET OPM LAH YG BISA MENENTRAMKAN PAPUA !! CONTOH CINA, GERAKAN MAKAR SEKECIL APAPUN LANGSUNG DITUMPAS !! HASILNYA ?? CINA MAJU MERAJAI DUNIA !!!
 
Kirim Komentar Anda
Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan KOMPAS.com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. KOMPAS.com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.

KOMPAS.com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
Silakan atau register untuk kirim komentar Anda
&lt;a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a6f23c6b&amp;amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'&gt;&lt;img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=155&amp;amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;amp;n=a6f23c6b' border='0' alt='' /&gt;&lt;/a&gt;
&lt;a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a3039df4&amp;amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'&gt;&lt;img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=157&amp;amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;amp;n=a3039df4' border='0' alt='' /&gt;&lt;/a&gt;

Pagi Ini Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara Diresmikan

Pagi Ini Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara Diresmikan
Hertanto Soebijoto | Heru Margianto | Jumat, 9 Desember 2011 | 09:05 WIB
Dibaca: 909
|
Share:
SERAMBI/BUDI FATRIA Para seniman dari Negara Indonesia menggunakan pakaian adat Aceh mengikuti pawai "Aceh International Folklore Festival" di Banda Aceh, Sabtu (23/7/2011).
BIREUEN, KOMPAS.com - Hari ini, Jumat (9/12/2011), rencananya akan diadakan peresmian Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara (Sulalatus Salatin). Peresmian ditandai dengan pembukaan selubung Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara Samalanga.
Acara yang diadakan atas prakarsa Yayasan Tun Sri Lanang yang diketuai Hj Pocut Haslinda Muda Dalam Azwar itu didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Pemkab Bireuen.
"Besok (Jumat) acara akan kami lanjutkan di Kecamatan Samalanga, ke makam Tun Sri Lanang," kata Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman dalam acara penutupan seminar sehari Ketokohan Tun Sri Lanang di rumah dinasnya, Kamis (8/12/2011) malam.
Selain meresmikan Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara Samalanga, juga akan dilakukan perjalanan ke Situs Tun Sri Lanang di Samalanga, penandatanganan Prasasti Salalatus Salatin, ke Monumen Pocut Meuligue, dan ziarah ke makam Tun Sri Lanang.
"Kami selaku ahli waris juga akan menyerahkan Surat sertifikat tanah wakaf kepada Bupati Bireuen. Luas tanahnya satu hektar," kata Hj Pocut Haslinda kepada Kompas.com, Kamis malam.
Pocut Haslinda mengatakan, di atas tanah seluas satu hektar itu antara lain juga akan dibangun Perpustakaan Tun Sri Lanang. "Peletakan batu pertamanya akan dilakukan besok (hari ini) setelah acara penandatanganan prasasti," kata Haslinda.
Acara peresmian Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara Samalanga merupakan rangkain acara seminar tentang Ketokohan Tun Sri Lanang dalam Sejaran Dua Bangsa Indonesia-Malaysia yang diadakan di Kantor Kabupaten Bireuen, Kamis. Selain diikuti peserta dari Indonesia, seminar juga menghadirkan pembicara dari Malaysia dan Singapura.

Aktif Perkenalkan Kesenian Sulsel di Kraton Solo

Aktif Perkenalkan Kesenian Sulsel di Kraton Solo


KESENIAN itu universal, seperti halnya musik, orang bisa berkomunikasi lintas budaya dengan seni. Itu dipahami Arly P Sudiyono, sehingga wanita kelahiran Makassar, 27 Juli 1968 ini, membentuk sanggar seni dan menjadikannya alat komunikasi yang erat dengan Kraton Solo.

OLEH: ASWAD SYAM

PENAMPILANNYA cuek, dari gayanya memang sudah menggambarkan bahwa dia seorang seniman. Rambut dikuncir seperti ekor kuda, pakai kacamata. Ngomongnya berapi-api, apa lagi kalau sudah menyangkut nasib rakyat kecil. Tapi jangan salah, dia ternyata adalah seorang pegawai negeri sipil di Lingkungan Kementerian Perindustrian. Namanya, Arly P Sudiyono.

Meski dilahirkan dari pasangan ayah R. Sudiyono SH dari Yogyakarta, dan ibu Hj Emmy Olii dari Gorontalo, namun, darah Makassar kental di dalam dirinya. Logatnya sama sekali tidak mencerminkan daerah asal kedua orang tuanya. Orang tua Arly mamang lama berdinas di Makassar, dan pada saat meninggal, juga minta dikuburkan di Makassar. "Saya anak Indonesia asli dan saya lahir di Indonesia, maka bagi saya kebudayaan manapun adalah milik saya," ujar Arly.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) di Makassar, Arly sebenarnya sudah tertarik dengan kesenian. Dia saat itu sudah berpikiran untuk membuka sanggar seni. Pada saat duduk di bangku SD, Arly aktif sebagai murid dari IKS (Ikatan Kesenian Sulawesi) di bawah pimpinan almarhumah Hj Sitti Aminah Daeng Puji, istri almarhum H Andi Matalatta. Setelah itu , Arly masuk ke Yayasan Anging Mammiri (YAMA) pimpinan almarhumah Ida Joeseof Madjid.

"Jadi dengan bekal itulah, saya berusaha untuk melestarikan tarian kebudayaan Sulawesi Selatan tanpa dikolaborasi," ujarnya.

Arly meninggalkan Makassar sekitar 1998 dan menetap di Jakarta. Karena ada ajakan dari beberapa perupa Yogyakarta untuk join, Arly pun kemudian berangkat ke tanah leluhurnya tersebut pada 2004. Disinilah dia kemudian banyak berkenalan dengan seniman-seniman Yogyakarta. Arly kemudian bergabung dengan Sanggar Watoeboemi milik Mas Wigit,  putra Pangeran Hadikusumo.  

Pada 2006, Arly kemudian menjadi panitia Beber Seni di Yogya, dan saat itu, dia berpikir bahwa itu kesempatan bagi Sulawesi Selatan untuk ikut berpartisipasi dalam acara pembukaan beber seni. Dia kemudian mencoba untuk mencari mahasiswa dan mahasiwi asal Sulsel yang sedang kuliah di Yogyakarta. Arly ke Jalan Mangunsarkoro Gang Rahmat, di sana dia mendapati asrama putri Kepmawa Wajo. Di depan mahasiswa dan mahasiswi asal Wajo tersebut, Arly mengutarakan niatnya untuk mengundang mereka berpartisipasi dalam beber seni. "Dan alhamdulillah mereka ingin ikut berpartisipasi," ujarnya.

Dengan waktu delapan hari, Arly mengajarkan mereka tari-tarian Sulsel seperti Pakarena, Pattennung, dan Ganrang Bulo. Kendalanya waktu itu adalah perlengkapan untuk tarian. Arly kemudian berinisiatif menjual handphone miliknya, juga melego perhiasannya agar bisa membeli perlengkapan tarian tersebut, meski perlengkapan itu tidak asli seperti dari Makassar.

"Saya mendapatkan semua peralatan tarian tersebut di Pasar Bringharjo," bebernya.

Itu merupakan tonggak awal berdirinya sanggar seni yang mereka namakan Sanggar La Tenribali. "Alhamdulillah sampai detik ini sanggar tersebut tetap eksis, walau saya sudah berada di Jakarta kembali. Dan Alhamdulillah, setiap ada event di Yogyakarta, sanggar La Tenribali selalu diminta untuk mengisi acara, termasuk waktu kirab di Kraton Solo," ungkapnya.  

Arly selalu menanamkan kepada mahasiswi di Yogyakarta, bahwa kesenian Sulawesi Selatan tidak kalah dengan kesenian lainnya. Walau berat bagi mereka untuk membagi waktu antara kuliah dan menari, namun dengan kesadaran tinggi mahasiswi Kepmawa Wajo bisa dan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk membagi waktu antara kuliah dan latihan menari.

Arly berharap, Dinas Pariwisata Sulsel dan Kota Makassar bisa membantu dalam pengembangan sanggar La Tenribali di Yogya. "Agar kebudayaan kita bisa lebih eksis lagi di kota budaya Yogyakarta. Minimal turis yang tidak sempat singgah ke Makassar, bisa juga menikmati kebudayaan Makassar di Yogya. Dan sudah sepatutnyalah Pemerintah Provinsi Sulsel memberikan penghargaan kepada adik-adik kita mahasiswi yang aktif di sanggar La Tenribali, karena mereka duta budaya dari Sulsel di Yogya," tutur Arly.

Arly menikah dengan Andi Don Jamerro, cucu dari Datuk Sengeng di Sengkang. Dari perkawinannya tersebut, dia dikaruniai tiga orang putra, Ade Devi Dwi Nugroho, Andi Reza Tri SJjamerro dan yang bungsu Andi Septian Eka Prasetyo Jamerro. (*)

Musik Tradisional Jadi Penunjang Pariwisata Maluku

Musik Tradisional Jadi Penunjang Pariwisata Maluku
Selasa, 6 Desember 2011 | 10:46
Alat Musik Tradisional Maluku Suling Bambu mulai digalakkan dari usia dini kepada anak-anak di kota Ambon guna menunjang pariwisata Maluku. (Foto: SP/Vonny Litamahuputty) Alat Musik Tradisional Maluku Suling Bambu mulai digalakkan dari usia dini kepada anak-anak di kota Ambon guna menunjang pariwisata Maluku. (Foto: SP/Vonny Litamahuputty)

[AMBON] Seluruh potensi musik tradisional yang ada di Maluku akan didorong untuk menunjang pariwisata di Maluku, menyusul Ambon dijadikan sebagai kota musik. Seluruh agenda wisata dalam program Dinas Pariwisata Maluku akan menyisipkan potensi musik salah satunya musik tradisional seperti Hawaain, totobuang dan suling bambu.

“Selain agenda wisata seperti Pesta Teluk, alat-alat musik tradisional juga akan disuguhkan kepada turis mancanegara yang berkunjung ke Maluku dan kota Ambon khususnya.  Salah satu agendanya, tahun 2012 dua kapal pesiar dari mancanegara akan masuk ke Ambon, dalam kerjasama dengan Taman Budaya Ambon, musik-musik tradisional khas Maluku ini akan ditampilkan untuk menghibur turis asing,” kata Kepala Dinas Pariwisata provinsi Maluku Ir Benny Gaspersz kepada SP, Selasa (6/12).

Agenda penting yang disiapkan adalah Pesta Teluk Ambon. Ini akan dikemas kembali menjadi Pesta Teluk yang bisa diminati wisatawan domestik maupun mancanegara.

Dalam promosi pariwisata Maluku, pihaknya melakukan promosi ke dalam dan keluar. Promosi ke mancanegara Dinas Pariwisata Maluku menjajaki kemungkinan akan bekerjasama dengan Amerika negara bagian Hawai.
"Ini sementara kita geluti, mudah-mudahan tahun 2012 semua bisa berjalan," ucapnya. 

Secara terpisah Kepala Taman Budaya Maluku Drs.Semmy Toisuta mengatakan, Taman Budaya akan meningkatkan kreatifitas seniman di daerah dan apresiasi musik untuk menunjang pariwisata. Salah satu yang dilakukan dengan mendorong masuknya etnis daerah Maluku.

“Upaya-upaya itu terus kita lakukan penguatan untuk melengkapi kebudayaan dan pariwisata Maluku. Karena itu Taman Budaya dari tahun ke tahun berusaha menampilkan konser yang lebih baik,” kata Semmy kepada SP Senin (5/12) malam.

Spirit untuk meningkatkan seluruh potensi dalam mendukung pariwisata ada di Taman Budaya. Harapannya seluruh kekuatan musik di Maluku bisa berkembang, ujung-ujungnya adalah adakah daya dukung finance untuk itu.
Selama ini pihaknya berupaya untuk menganggarkan secara riil dan itu ditopang oleh Pemerintah Daerah secara makro dan sampai saat ini belum ada kegelisahan soal pendanaan.

Bicara soal seluruh segmen harus digarap secara serentak memang tidak bisa. Taman Budaya masih kekurangan tenaga teknis. Kemampuan Taman Budaya untuk menggarap secara totalitas masih kurang, oleh karena itu secara berkala tapi kontinyu.

Kesenian Maluku akan terus berbicara dalam blantika budaya dan pariwisata. Pelestarian musik rakyat lalu menjadi penting dan merupakan bagian dari pembinaan dan pengembangan musik di daerah.  “Musik daerah merupakan aset warisan budaya dan akan terus dikembangkan menjadi potensi wisata. Karena ini adalah warisan budaya yang harus perlu ditingkatkan kualitasnya. Taman Budaya akan terus berupaya mendorong bagaimana kekuatan kesenian khas daerah menjadi penunjang pariwisata di Maluku,” ujarnya.[156]

BERITA TERBARU 20.35Tim Gabungan Bekuk Pengedar Sabu Antar ... 20.20Band Wali Dipastikan Meriahkan HUT ... 19.47Pacu Generasi Muda Banua Menjadi ... 19.28Pengunjung Serbu Volcom Big Sale 19.20Donny Fahamsyah Dicoret dari Seleksi 18.10Peringatan Hari Antikorupsi ... 17.58Kembalinya Mantan Bek Kiri Kirab Kesenian Meriahkan Tahun Baru Islam

BANJARMASINPOST.CO.ID, PALANGKARAYA - Dalam rangka memperingati tahun baru Islam 1433 hijriyah, Paguyuban Keluargo Jowo (Pakuwojo) Palangkaraya akan menggelar sejumlah kegiatan. Sejumlah agenda bertema kesenian daerah pun disiapkan.

Kegiatan dimaksud antara lain pergelaran kuda lumping dan pelepasan kirab budaya. "Di Kota Palangkaraya ada 17 sanggar kuda lumping. Semua akan tampil, itu belum termasuk empat sanggar Reog Ponorogo," terang Penasihat Pakuwojo Palangkaraya Arief Budiatmo, Senin (21/11/2011).

Setelah pergelaran kuda lumping, kegiatan yang dipusatkan di Bundaran Besar Palangkaraya itu juga akan akan menampilkan kirab budaya. Selain kesenian Jawa, seni daerah lain yang akan ditampil pada kesempatan itu juga dari suku Dayak, Banjar, Bali, Barongsai Tiongkok, serta Sunda dan pawai taaruf bersama PHBI.

"Malam harinya juga ada pergelaran wayang kulit dengan dalam Ki Sutanto atau Tantut dari Klaten, Jawa Tengah," terang Arief.

(mustain khaitami/www.banjarmasinpost.co.id)

Kongres Budaya Betawi di Hotel Grand Cempaka

JAKARTA (Pos Kota) – Kongres Kebudayaan Betawi yang digelar di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, mulai Senin (5/12) hingga Rabu (7/12) harus mampu mewakili aspirasi seluruh warga Betawi. Tidak hanya itu, melalui kegiatan ini juga akan lahir kebijakan yang mampu mengakomodir pelestarian budaya lokal ibukota tersebut.
Menurut Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, jika peserta sepakat, maka kongres akan melahirkan rencana induk (masterplan) Pelestarian Budaya Betawi. Sehingga langkah-langkah pelestarian menjadi realistis, sesuai tahapan-tahapannya. Bahkan jika memungkinkan dalam pelestarian budaya ini tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda). “Jangan salah persepsi. Perda ini nantinya bukan untuk pelestarian budaya Jakarta. Tapi budaya Betawi sebagai budaya asli kota ini,” ujar Fauzi usai membuka kongres, Senin (5/12).
Dikatakannya, jika ada kekhawatiran Perda Budaya ini nantinya tidak mewakili warga Betawi, maka kekhawatiran itu tidak tepat. Pasalnya, pemprov tidak ada pemikiran sama sekali untuk menomorduakan warga Betawi.
Dalam kongres ini sedikitnya 11 aspek kebudayaan akan dibahas yakni kesenian, kepurbakalaan, kesejarahan, permuseuman, kebahasaan, kesusastraan, tradisi, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kepustakaan, kenaskahan dan perfilman.
Ketua Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Betawi, Nachrowi Ramli mengatakan seluruh ormas Betawi yang berjumlah 114 oragnisasi harus mampu memanfaatkan secara maksimal kongres ini untuk memperjuangkan kepentingan warga Betawi.
Menurutnya, warga Betawi harus menjadi Betawi Kontemporer, tidak seperti warga Betawi masa lalu yang kurang produktif.
Pelaksanaan kongres ini sebagai langkah pendukung pembuatan pembuatan Perda Pelestarian Kebudayaan, sesuai Surat Keputusan Bersama Menteri Kebudayaan dan Pariwisata serta Menteri Dalam Negari No. 40 dan 42 tahun 2008 tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan.(guruh/b)

Sokushinbutsu, Budaya Paling Unik Dari Jepang

klik link nya

Kebudayaan Jepang

klik link nya

Aneka ragam budaya Jepang (bunka, matsuri, ongaku, eiga , iro-iro aru)

klik link nya dong say

Kulik Pendidikan Inggris di "The Best of UK Festival"

klik link nya

Wah, 200 Beasiswa Dosen "Terbuang" Sia-sia!

klik link nya

Festival Japin Nusantara Terkendala Dana

klik link nya

Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi Segera Dibuat

klik link nya

8 Juta Siswa SMA Miskin Terima BOS

klik link nya

Kongres Kebudayaan Betawi Jadi Momentum Pelestarian

klik link nya

Gejolak Dunia Arab Terkait Benturan Kebudayaan

klik link nya

Tanpa Izin, Acara Pergantian Tahun Akan Dibubarkan

klik link nya

Kamis, 08 Desember 2011

kebudayaan suku bali

SEJARAH
Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti "Kekuatan", dan "Bali" berarti "Pengorbanan" yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik.

DESKRIPSI LOKASI
Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil yang beribu kota Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tempat tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan. Suku bangsa Bali dibagi menjadi 2 yaitu: Bali Aga (penduduk asli Bali biasa tinggal di daerah trunyan), dan Bali Mojopahit (Bali Hindu / keturunan Bali Mojopahit).

UNSUR – UNSUR BUDAYA

A. BAHASA
Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Bahasa Bali di bagi menjadi 2 yaitu, bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali Mojopahit.yaitu bahasa yang pengucapannya lebih halus.

B. PENGETAHUAN
Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan social yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan social tersebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar dikepalahi oleh klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan,tetapi sering kali juga harus memecahkan soal-soal yang mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal yang sifatnya administrasi pemerintahan.

C. TEKNOLOGI
Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.

D. ORGANISASI SOSIAL
a). Perkawinan
Penarikan garis keturunan dalam masyarakat Bali adalah mengarah pada patrilineal. System kasta sangat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu perkawinan, karena seorang wanita yang kastanya lebih tinggi kawin dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi suatu penyimpangan, yaitu akan membuat malu keluarga dan menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak wanita.
Di beberapa daerah Bali ( tidak semua daerah ), berlaku pula adat penyerahan mas kawin ( petuku luh), tetapi sekarang ini terutama diantara keluarga orang-orang terpelajar, sudah menghilang.
b). Kekerabatan
Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti arya Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai pemimpin keagamaan.
c). Kemasyarakatan
Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif). Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan.

E. MATA PENCAHARIAN
Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik, pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan, kerajinan meliputi kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan, pabrik kopi, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan.

F. RELIGI
Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama Hindu sekitar 95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin.orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari India.

Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.

Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni : (1).tattwa (filsafat agama), (2). Etika (susila), (3).Upacara (yadnya). Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu (1). Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan sampai masa dewasa. (2). Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur. (3).Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil keluarga.(4).Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta. (5). Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang mengganggu manusia.

G. KESENIAN
Kebudayaan kesenian di bali di golongkan 3 golongan utama yaitu seni rupa misalnya seni lukis, seni patung, seni arsistektur, seni pertunjukan misalnya seni tari, seni sastra, seni drama, seni musik, dan seni audiovisual misalnya seni video dan film.

NILAI-NILAI BUDAYA
1. Tata krama : kebiasaan sopan santun yang di sepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia di dalam kelompoknya.
2. Nguopin : gotong royong.
3. Ngayah atau ngayang : kerja bakti untuk keperluan agama.
4. Sopan santun : adat hubungan dalam sopan pergaulan terhadap orang-orang yang berbeda sex.

ASPEK PEMBANGUNAN
Di Bali jenis mata pencahariannya adalah bertani disawah. Mata pencaharian pokok tersebut mulai bergeser pada jenis mata pencaharian non pertanian. Pergeseran ini terjadi karena bahwa pada saat sekarang dengan berkembangnya industri pariwisata di daerah Bali, maka mereka menganggap mulai berkembanglah pula terutama dalam mata pencaharian penduduknya.

Sehingga kebanyakan orang menjual lahannya untuk industri pariwisata yang dirasakan lebih besar dan lebih cepat dinikmati. Pendapatan yang diperoleh saat ini kebanyakan dari mata pencaharian non pertanian, seperti : tukang, sopir, industri, dan kerajinan rumah tangga. Industri kerajinan rumah tangga seperti memimpin usaha selip tepung, selip kelapa, penyosohan beras, usaha bordir atau jahit menjahit.

Kebudayaan Suku Batak

SEJARAH
Kerajaan Batak didirikan oleh seorang Raja dalam negeri Toba sila-silahi (silalahi) lua’ Baligi (Luat Balige), kampung Parsoluhan, suku Pohan. Raja yang bersangkutan adalah Raja Kesaktian yang bernama Alang Pardoksi (Pardosi). Masa kejayaan kerajaan Batak dipimpin oleh raja yang bernama. Sultan Maharaja Bongsu pada tahun 1054 Hijriyah berhasil memakmurkan negerinya dengan berbagai kebijakan politiknya.

DESKRIPSI LOKASI
Suku bangsa Batak dari Pulau Sumatra Utara. Daerah asal kediaman orang Batak dikenal dengan Daratan Tinggi Karo, Kangkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Toba, Mandailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah Sumatra Utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba yang menjadi orang Batak. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah beberapa Kabupaten atau bagaian dari wilayah Sumatra Utara. Yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, dan Asahan.

UNSUR BUDAYA

A. Bahasa
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.

B. Pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.

C. Teknologi
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.

D. Organisasi Sosial
a. Perkawinan
Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja karena mayoritas penduduk Batak beragama Kristen.
Untuk mahar perkawinan-saudara mempelai wanita yang sudah menikah.

b. Kekerabatan
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu : (a) perbedaan tigkat umur, (b) perbedaan pangkat dan jabatan, (c) perbedaan sifat keaslian dan (d) status kawin.

E. Mata Pencaharian
Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan .
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba.
Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.

F. Religi
Pada abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi batak selatan . Agama kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebaranya meliputi batak utara. Walaupun d emikian banyak sekali masyarakat batak didaerah pedesaan yang masih mmpertahankan konsep asli religi pendduk batak. Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon dan bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan kedudukanya . Debeta Mula Jadi Na Balon : bertempat tinggal dilangit dan merupakan maha pencipta; Siloan Na Balom: berkedudukan sebagai penguasa dunia mahluk halus. Dalam hubungannya dengan roh dan jiwa orang batak mengenal tiga konsep yaitu : Tondi: jiwa atau roh; Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang; Begu : Tondinya orang yang sudah mati. Orang batak juga percaya akan kekuatan sakti dari jimat yang disebut Tongkal.

G. Kesenian
Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas (bersifat hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang .

NILAI BUDAYA

1. Kekerabatan
Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.
2. Hagabeon
Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan yang baik-baik.
3. Hamoraan
Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek spiritual dan meterial.
4. Uhum dan ugari
Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.
5. Pengayoman
Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.
6. Marsisarian
Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling membantu.

ASPEK PEMBANGUNAN
Aspek pembangunan dari suku Batak yaitu masuknya sistem sekolah dan timbulnya kesempatan untuk memperoleh prestise social. Terjadinya jaringan hubungan kekerabatan yang berdasarkan adat dapat berjalan dengan baik. Adat itu sendiri bagi orang Batak adalah suci. Melupakan adat dianggap sangat berbahaya.

Pengakuan hubungan darah dan perkawinan memperkuat tali hubungan dalam kehidupan sehari-hari. Saling tolong menolong antara kerabat dalam dunia dagang dan dalam lapangan ditengah kehidupan kota modern umum terlihat dikalangan orang Batak. Keketatan jaringan kekerabatan yang mengelilingi mereka itulah yang memberi mereka keuletan yang luar biasa dalam menjawab berbagai tantangan dalam abad ini.

Kebudayaan Suku Bugis

Awal Mula

Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.

[sunting] Perkembangan

Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan. Masyarakat ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk suku Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang. Kerajaan Luwu adalah kerajaan yang dianggap tertua bersama kerajaan Cina (yang kelak menjadi Pammana), Mario (kelak menjadi bagian Soppeng) dan Siang (daerah di Pangkajene Kepulauan)

[sunting] Masa Kerajaan

[sunting] Kerajaan Bone

Di daerah Bone terjadi kekacauan selama tujuh generasi, yang kemudian muncul seorang To Manurung yang dikenal Manurungnge ri Matajang. Tujuh raja-raja kecil melantik Manurungnge ri Matajang sebagai raja mereka dengan nama Arumpone dan mereka menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah ade pitue. Manurungnge ri Matajang dikenal juga dengan nama Mata Silompoe. Adapun ade' pitue terdiri dari matoa ta, matoa tibojong, matoa tanete riattang, matoa tanete riawang, matoa macege, matoa ponceng. istilah matoa kemudian menjadi arung. setelah Manurungnge ri Matajang, kerajaan Bone dipimpin oleh putranya yaitu La Ummasa' Petta Panre Bessie. Kemudian kemanakan La Ummasa' anak dari adiknya yang menikah raja Palakka lahirlah La Saliyu Kerrempelua. pada masa Arumpone (gelar raja bone) ketiga ini, secara massif Bone semakin memperluas wilayahnya ke utara, selatan dan barat

[sunting] Kerajaan Makassar

Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan Gowa, Soppeng, Bone, dan Wajo, yang diawali dengan krisis sosial, dimana orang saling memangsa laksana ikan. Kerajaan Makassar (Gowa) kemudian mendirikan kerajaan pendamping, yaitu kerajaan Tallo. Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini (Gowa & Tallo) kembali menyatu menjadi kerajaan Makassar (Gowa).

[sunting] Kerajaan Soppeng

Di saat terjadi kekacauan, di Soppeng muncul dua orang To Manurung. Pertama, seorang wanita yang dikenal dengan nama Manurungnge ri Goarie yang kemudian memerintah Soppeng ri Aja. dan kedua, seorang laki-laki yang bernama La Temmamala Manurungnge ri Sekkanyili yang memerintah di Soppeng ri Lau. Akhirnya dua kerajaan kembar ini menjadi Kerajaaan Soppeng.

[sunting] Kerajaan Wajo

Sementara kerajaan Wajo berasal dari komune-komune dari berbagai arah yang berkumpul di sekitar danau Lampulungeng yang dipimpin seorang yang memiliki kemampuan supranatural yang disebut puangnge ri lampulung. Sepeninggal beliau, komune tersebut berpindah ke Boli yang dipimpin oleh seseorang yang juga memiliki kemampuan supranatural. Datangnya Lapaukke seorang pangeran dari kerajaan Cina (Pammana) beberapa lama setelahnya, kemudian membangun kerajaan Cinnotabbi. Selama lima generasi, kerajaan ini bubar dan terbentuk Kerajaan Wajo. Kerajaan pra-wajo yakni Cinnongtabi dipimpin oleh masing-masing : La Paukke Arung Cinnotabi I, We Panangngareng Arung Cinnotabi II, We Tenrisui Arung Cinnotabi III, La Patiroi Arung Cinnotabi IV. setelahnya, kedua putranya menjabat sekaligus sebagai Arung Cinnotabi V yakni La Tenribali dan La Tenritippe. Setelah mengalami masa krisis, sisa-sisa pejabat kerajaan Cinnotabi dan rakyatnya bersepakat memilih La Tenribali sebagai raja mereka dan mendirikan kerajaan baru yaitu Wajo. adapun rajanya bergelar Batara Wajo. Wajo dipimpin oleh, La Tenribali Batara Wajo I (bekas arung cinnotabi V), kemudian La Mataesso Batara Wajo II dan La Pateddungi Batara Wajo III. Pada masanya, terjadi lagi krisis bahkan Batara Wajo III dibunuh. kekosongan kekuasaan menyebabkan lahirnya perjanjian La Paddeppa yang berisi hak-hak kemerdekaan Wajo. setelahnya, gelar raja Wajo bukan lagi Batara Wajo akan tetapi Arung Matowa Wajo hingga adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia @arm

[sunting] Konflik antar Kerajaan

Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat, dan Soppeng serta Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik perbatasan dalam menguasai dominasi politik dan ekonomi antar kerajaan. Kerajaan Bone memperluas wilayahnya sehingga bertemu dengan wilayah Gowa di Bulukumba. Sementara, di utara, Bone bertemu Luwu di Sungai Walennae. Sedang Wajo, perlahan juga melakukan perluasan wilayah. Sementara Soppeng memperluas ke arah barat sampai di Barru. Perang antara Luwu dan Bone dimenangkan oleh Bone dan merampas payung kerajaan Luwu kemudian mempersaudarakan kerajaan mereka. Sungai Walennae adalah jalur ekonomi dari Danau Tempe dan Danau Sidenreng menuju Teluk Bone. Untuk mempertahankan posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo, dengan menyerang beberapa daerah Bone dan Sidenreng. Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan. Wajo kemudian bergesek dengan Bone. Invasi Gowa kemudian merebut beberapa daerah Bone serta menaklukkan Wajo dan Soppeng. Untuk menghadapi hegemoni Gowa, Kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng membuat aliansi yang disebut "tellumpoccoe".

[sunting] Penyebaran Islam

Pada awal abad ke-17, datang penyiar agama Islam dari Minangkabau atas perintah Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Mereka adalah Abdul Makmur (Datuk ri Bandang) yang mengislamkan Gowa dan Tallo, Suleiman (Datuk Patimang) menyebarkan Islam di Luwu, dan Nurdin Ariyani (Datuk ri Tiro) yang menyiarkan Islam di Bulukumba.[3]

[sunting] Kolonialisme Belanda

Pertengahan abad ke-17, terjadi persaingan yang tajam antara Gowa dengan VOC hingga terjadi beberapa kali pertempuran. Sementara Arumpone ditahan di Gowa dan mengakibatkan terjadinya perlawanan yang dipimpin La Tenri Tatta Daeng Serang Arung Palakka. Arung Palakka didukung oleh Turatea, kerajaaan kecil Makassar yang berhianat pada kerajaan Gowa. Sementara Sultan Hasanuddin didukung oleh menantunya La Tenri Lai Tosengngeng Arung Matowa Wajo, Maradia Mandar, dan Datu Luwu. Perang yang dahsyat mengakibatkan banyaknya korban di pihak Gowa & sekutunya. Kekalahan ini mengakibatkan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya yang merugikan kerajaan Gowa. Pernikahan Lapatau dengan putri Datu Luwu, Datu Soppeng, dan Somba Gowa adalah sebuah proses rekonsiliasi atas konflik di jazirah Sulawesi Selatan. Setelah itu tidak adalagi perang yang besar sampai kemudian di tahun 1905-1906 setelah perlawanan Sultan Husain Karaeng Lembang Parang dan La Pawawoi Karaeng Segeri Arumpone dipadamkan, maka masyarakat Makassar dan Bugis baru bisa betul-betul ditaklukkan Belanda. Kosongnya kepemimpinan lokal mengakibatkan Belanda menerbitkan Korte Veklaring, yaitu perjanjian pendek tentang pengangkatan raja sebagai pemulihan kondisi kerajaan yang sempat lowong setelah penaklukan. Kerajaan tidak lagi berdaulat, tapi hanya sekedar perpanjangan tangan kekuasaaan pemerintah kolonial Hindia Belanda, sampai kemudian muncul Jepang menggeser Belanda hingga berdirinya NKRI.

[sunting] Masa Kemerdekaan

Para raja-raja di Nusantara mendapat desakan oleh pemerintahan Orde Lama (Soekarno) untuk membubarkan kerajaan mereka dan melebur dalam wadah NKRI. Pada tahun 1950-1960an, Indonesia khususnya Sulawesi Selatan disibukkan dengan pemberontakan. Pemberontakan ini mengakibatkan banyak orang Bugis meninggalkan kampung halamannya. Pada zaman Orde Baru, budaya periferi seperti budaya di Sulawesi benar-benar dipinggirkan sehingga semakin terkikis. Sekarang generasi muda Makassar & Bugis adalah generasi yang lebih banyak mengonsumsi budaya material sebagai akibat modernisasi, kehilangan jati diri akibat pendidikan pola Orde Baru yang meminggirkan budaya mereka. Seiring dengan arus reformasi, munculah wacana pemekaran. Daerah Mandar membentuk propinsi baru yaitu Sulawesi Barat. Kabupaten Luwu terpecah tiga daerah tingkat dua. Sementara banyak kecamatan dan desa/kelurahan juga dimekarkan. Namun sayangnya tanah tidak bertambah luas, malah semakin sempit akibat bertambahnya populasi dan transmigrasi.

[sunting] Mata Pencaharian

Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.

[sunting] Perompak

Sejak Perjanjian Bongaya yang menyebabkan jatuhnya Makassar ke tangan kolonial Belanda, orang-orang Bugis dianggap sebagai sekutu bebas pemerintahan Belanda yang berpusat di Batavia. Jasa yang diberikan oleh Arung Palakka, seorang Bugis asal Bone kepada pemerintah Belanda, menyebabkan diperolehnya kebebasan bergerak lebih besar kepada masyarakat Bugis. Namun kebebasan ini disalahagunakan Bugis untuk menjadi perompak yang mengganggu jalur niaga Nusantara bagian timur.
Armada perompak Bugis merambah seluruh Kepulauan Indonesia. Mereka bercokol di dekat Samarinda dan menolong sultan-sultan Kalimantan di pantai barat dalam perang-perang internal mereka. Perompak-perompak ini menyusup ke Kesultanan Johor dan mengancam Belanda di benteng Malaka.[4]

[sunting] Serdadu Bayaran

Selain sebagai perompak, karena jiwa merantau dan loyalitasnya terhadap persahabatan orang-orang Bugis terkenal sebagai serdadu bayaran. Orang-orang Bugis sebelum konflik terbuka dengan Belanda mereka salah satu serdadu Belanda yang setia. Mereka banyak membantu Belanda, yakni saat pengejaran Trunojoyo di Jawa Timur, penaklukan pedalaman Minangkabau melawan pasukan Paderi, serta membantu orang-orang Eropa ketika melawan Ayuthaya di Thailand.[5] Orang-orang Bugis juga terlibat dalam perebutan kekuasaan dan menjadi serdadu bayaran Kesultanan Johor, ketika terjadi perebutan kekuasaan melawan para pengelana Minangkabau pimpinan Raja Kecil.

[sunting] Bugis Perantauan

Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga Malaysia, Filipina, Brunei, Thailand, Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah suburb yang bernama Maccassar, sebagai tanda penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka[rujukan?].

[sunting] Penyebab Merantau

Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik sesama kerajaan Bugis pada abad ke-16, 17, 18 dan 19, menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Selain itu budaya merantau juga didorong oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat diraih melalui kemerdekaan.

[sunting] Bugis di Kalimantan Timur

Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaja, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya diantaranya ada yang hijrah ke daerah Kesultanan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama di dalam menghadapi musuh.
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan di dalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).

[sunting] Bugis di Sumatera dan Semenanjung Malaysia

Setelah dikuasainya kerajaan Gowa oleh VOC pada pertengahan abad ke-17, banyak perantau Melayu dan Minangkabau yang menduduki jabatan di kerajaan Gowa bersama orang Bugis lainnya, ikut serta meninggalkan Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Disini mereka turut terlibat dalam perebutan politik kerajaan-kerajaan Melayu. Hingga saat ini banyak raja-raja di Johor yang merupakan keturunan Makassar.